Model Kurikulum Berdasarkan Pengorganisasian Isi
Berdasarkan
pengorganisasian isi kurikulum, dikenal beberapa model kurikulum, antara lain
adalah The Subjek design, The discipline design, dan The broad field.
A.
The
Subjek design
The subject design merupakan bentuk
desain yang paling murni dari subject centered design. Materi pelajaran
disajikan secara trpisah-pisah dalam bentuk mara-mata pelajaran. Model desain
ii telah ada sejak lama, dan dalam rumpun subject centered, the broad field
design merupakan pengembangan dari bentuk ini. Subject design menekankan
penguasaan fakta-fakta dan informasi.
the subject design curriculum
merupakan bentuk design yang paling murni dari subject centered design. Materi
kuliah disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata kuliah-mata
kuliah. Isi kuliah diambil dari
pengetahuan dan nilai-nilai yang telah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya,
sehingga peserta didik dituntut menguasai semua pengetahuan yang diberikan.
Adapun kelebihan dari the subject
design curriculum yaitu 1) penyusunannya cukup mudah, 2) mudah juga untuk
dilaksanakan, 3) dapat dilaksanakan efisien, 3 ) dapat dilaksanakan secara
efisien, 4) sangat sesuai untuk melestarikan budaya masa lalu.
Sementara kelemahannya
meliputi 1) kurikulum memberikan
pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas dari yang lainnya, 2) out of date, 3)
Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sehingga sering menimbulkan
kesukaran di dalam mempelajari dan menggunakannya, 4) Kurang memperhatikan cara
penyampaian
B.
The
Discipline Design
The discipline design merupakan
bentuk pengembangan dari subject design, yang masih menekankan pada isi atau
materi kurikulum. Bedaan dengan subject design yang belum memiliki kriteria
yang tegas mengenai apa yang disebut dengan subject (ilmu), pada discipline
design kriteria tersebut sudah jelas. Selain itu dalam tingkat penguasaannya
menekankan pada pemahaman (understanding), sehingga peserta didik akan memahami
masalah dan mampu melihat hubungan berbagai fenomena baru.
1) Teori
yang mendasari
Model pengembangan kurikulum
berdasarkan disiplin ilmu merupakan refleksi dari model orientasi posisi
transmisi.Pandangan posisi transmisi yang melandasi model ini antara lain fungsi pendidikan untuk menyampaikan
fakta-fakta, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa.
The discipline design bersumber
dari teori pendidikan klasik. Pandangan teori pendidikan klasik yang melandasi
model pengembangan kurikulum disiplin ilmu antara lain adalah sebagai berikut :
Ø pendidikan
menekankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya
untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya,
Ø kurikulum
tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran,
Ø isi
kurikulum yang diberikan di sekolah adalah disiplin-disiplin ilmu,
Ø sekolah
adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu pertama dari hal ini adalah isi
dari kurikulum, e) menekankan disiplin ilmu, batang tubuh keilmuan menentukan
apakah suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan,
Ø peserta
didik didorong untuk memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin ilmu,
memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting, juga didorong
untuk memahami cara mencari dan menemukannya, dengan menguasai hal-hal tersebut
peserta didik akan memahami masalah dan mampu melihat hubungan berbagai
fenomena baru,
Ø proses
belajarnya menggunakan pendekatan inkuiri dan discoveri,
Ø tugas
guru memasukkan materi kepada siswa, dan membantu siswa untuk menyerap materi.
2) Penggunaan
model The Discipline Design
Model pengembangan kurikulum disain
disiplin ilmu banyak digunakan dalam bidang pendidikan umum, dan mata pelajaran
yang memenuhi syarat sebagai disiplin ilmu. Model pengembangan kurikulum
berdasarkan disiplin ilmu banyak digunakan dalam sekolah menengah umum, dan universitas.
3) Prosedur
pengembangan model The Discipline Design.
Dengan mengacu kepada pendekatan
sistem, prosedur pengembangan kurikulum disiplin ilmu memiliki langkah-langkah,
sebagai berikut :
a. Menetapkan
topik / sub topik dari suatu disiplin ilmu secara sequen.
Dalam langkah ini ditetapkan topik
/ sub topik dari suatu disiplin ilmu secara sequen, berdasarkan struktur
disiplin ilmu yang bersangkutan.
b. Menetapkan
tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan dijabarkan atau
dirumuskan dari topik-topik / sub topik. Tujuan pendidikan yang dirumuskan
merupakan tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler ini untuk selanjutnya dijabarkan
menjadi tujuan instruksional.
c. Mengembangkan
alat evaluasi.
Alat evaluasi dikembangkan
berdasarkan tujuan pendidikan, untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi
yang telah ditetapkan.
d. Menetapkan
pengalaman belajar.
Dalam langkah ini dirumuskan
pengalaman-pengalaman belajar yang diperlukan untuk menguasai materi, seperti
yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan dan dikembangkan dalam alat evaluasi.
e. Menetapkan
media/alat dan sumber belajar.
Dalam langkah ini ditetapkan
alat/media dan sumber belajar. Dalam
menetapkan alat / media dan sumber belajar, mengacu kepada pengalaman belajar
sebagai upaya menguasai materi seperti yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan
dan alat evaluasi.
C.
The
board field
Baik subject design maupun
disciplines design masih menunjukkan adanya pemisahan antar-mata pelajarann.
Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah dengan
mengembangkan tehe board field design. Model ini menyatukan beberapa mata
pelajaran yang berhubungan menjadi satu bidang studi. Bentuk kurikulum ini
banyak digunakan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Dalam model ini mereka menyatukan
beberapa mata kuliah yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi
seperti sejarah, geografi dan ekonomi digabung menjadi ilmu pengetahuan sosial;
aljabar, ilmu ukur dan berhitung menjadi matematika. Tujuan pengembangan
kurikulum broad fields adalah menyiapkan para peserta didik yang dewasa ini
hidup dalam dunia informasi yang spesifiktis, dengan pemahaman yang bersifat
menyeluruh.
Adapun kelebihan pola ini yaitu: 1)
Karena dasarnya bahan yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan
beberapa mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan-warisan secara
sistematis dan teratur,dan 2) Karena
mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan peserta didik melihat
hubungan antara berbagai hal.
Kelemahannya meliputi: 1) Kemampuan
menguasai bidang yang lebih luas, sulit tercapai, 2) Karena bidang yang dipelajari itu luas, maka
tidak dapat diberikan secara mendetail, yang diajarkannya hanya permukaannya
saja, 3) Pengintegrasian bahan ajar sangat terbatas, tidak menggambarkan
kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi peserta didik,
dengan demikian kurang membangkitkan minat belajar. 4) Meskipun kadarnya lebih
redah dibandingkan dengan subject design tetapi model ini tetap menekankan
tujuan penguasaan bahan dan informasi. Kurang menekankan proses pencapaian
tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif tingkat tinggi.
0 komentar:
Post a Comment