Model Kurikulum Berdasarkan Proses Pengajaran



Model kurikulum berdasarkan proses pengajaran antara lain adalah subject centered design,  learner centered design, dan problems centered design.
Problems centered design memiliki beberapa model antara lain The areas of living design, dan The core design, yang variasinya meliputi : the separate subjec core, the correlated core, the fused core, the activity core, the areas of living core, dan  the social problems core.
            I.            Subject Centered Design
Subject centered design curriculum merupakan bentuk desain yang paling popular, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata kuliah, dan mata kuliah tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka kurikulum ini  disebut juga separated subject curriculum.
Kelebihan dari disain ini adalah kurikulum mudah disusun, mudah untuk dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan. Bagi dosen juga tidak memerlukan persiapan secara khusus ketika akan mengajar.
Sementara kelemahannya, peserta didik cenderung menjadi pasif karena yang lebih banyak aktif dosennya, pengajaran yang terpisah-pisah mengakibatkan pengetahuan peserta menjadi parsial, tidak komprehensif.
v  the subject design.
v  the disciplines design
v  the broad fields design
         II.            Learned Centered Design
Learned Centered Design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik.
Sebagai reaksi dan penyempurnaan terhadap kelemahan subject centered design, ciri utama yang membedakan desain model ini dengan subject centered yaitu:
o   Learner centered design mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi.
o   Learner centered design bersifat non-preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara dosen dengan peserta didik dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan.
Kekuatan dari desain ini adalah motivasi belajar peserta didik bersifat intrinsik tidak perlu dirangsang dari luar, pengajaran memperhatikan perbedaan individual, kegiatan pemecahan masalah merupakan bekal untuk menghadapi kehidupan di luar lembaga pendidikan.
Adapun kelemahannya yakni, penekanan pada minat belum tentu cocok untuk menghadapi kenyataan riil, dasar penyusunan struktur kurikulum tidak jelas karena kurikulum hanya menekankan pada minat peserta didik, lemah dalam kontinuitas dan sekuens bahan, tidak dapat diimplementasikan oleh dosen biasa, harus dosen khusus.
      III.            The Problem Centered Design
The Problem centered design merupakan desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi masyarakat (Nana S, 2005: 113).
Desain kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bersama. Konsep ini menjadi landasan dalam pendidikan dan pengembangan kurikulum, dan isi kurikulum berupa masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan akan datang, sedangkan tujuan disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta didik.
Berbeda dengan learner centered, kurikulum mereka disusun sebelumnya (preplanned) yang berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta didik. Problem centered design menekankan pada isi maupun peserta didik.
Ada dua variasi model desain kurikulum ini:
ü  The areas of living design.
 Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process objectives) dan yang bersifat isi (content objectives) diintegrasikan. Penguasaan informasi-informasi yang lebih bersifat pasif tetap dirangsang. Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan, mengintegrasikan antara subject dengan problema kehidupan sosial dan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Kelebihan variasi dari the areas of living adalah: 1) Model ini merupakan the subject matter design  tetapi dalam bentuk yang terintegrasi, 2) Model ini mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan masalah, 3) Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang relevan dan fungsional, dan 4) Motivasi belajar datang dari dalam peserta didik.
Sementara kekurangannya meliputi: 1)Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial sangat sukar, 2) Lemahnya atau kekurangannya integritas dan kontinuitas organisasi kurikulum, 3) Mengabaikan warisan budaya, 4) Kecenderungan untuk mengindoktrinisasi peserta didik dengan kondisi yang ada, dan 5) Dosen maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan dengan model tersebut
ü  The core design.
Desain kurikulum ini timbul sebagai reaksi utama kepada separate subjects design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata kuliah/bahan ajar tertentu sebagai inti atau core. Kuliah lainnya dikembangkan disekitar core tersebut. Karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang teori tentang core design yang didasarkan atas pandangan progresif. Menurut konsep ini inti bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan social. Ciri utama pada desain adalah mengintegrasikan beberapa mata kuliah sebagai inticore yang ditujukan untuk pengembangan pribadi.
Terdapat banyak variasi pandangan tentang the core desain. Mayoritas memandang the core design  sebagai suatu model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidikan umum. The core design diberikan kepada dosen-dosen yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Variasi the core design :
o   The sparate subjects core
yaitu beberapa mata kuliah yang dipandang mendasari atau menjadi inti mata kuliah lainnya dijadikan core
o   The correlated core
The correlated core ini merupakan perkembangan selanjutnya dimana dengan mengintegrasikan beberapa mata kuliah yang erat hubungannya
o   The fused core
yaitu pengintegrasiannya bukan hanya antara dua atau tiga kuliah tetapi lebih banyak
o   The activity core
model ini berkembang dari pendidikan progresif dengan learner centerd design yaitu bahan ajar dipusatkan pada minat-minat dan kebutuhan peserta didik.
o   The areas of living core
model ini berkembang dari pendidikan progresif, tetapi organisasinya berstruktur dan dirancang sebelumnya, berbentuk pendidikan umum yang isinya diambil dari masalah-masalah yang muncul dimasyarakat.
o   The social problems core
yaitu model desain yang didasarkan pada problem-problem yang mendasar dan bersifat kontroversial. Dalam model ini mencoba memberikan penilaian yang sifatnya kritis dari sudut sistem nilai sosial dan pribadi yang berbeda
Masing-masing desain tersebut dikembangkan menjadi suatu rancangan kurikulum yang memuat unsur-unsur pokok kurikulum yaitu: tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasi yang sesuai dengan inti setiap model desain.
The Social Problems Core Curriculum
1.      Teori yang mendasarinya
The social problems core curriculum merupakan model kurikulum yang didasarkan pada problema-problema yang mendasar dan bersifat kontroversial, mencoba memberikan penilaian yang sifatnya kritis dari sudut sistem nilai sosial dan pribadi yang berbeda. The social problems core merupakan produk pendidikan progresivism.
The social problems core curriculum terbuka untuk penyempurnaan pada setiap saat, agar tetap mutakhir dan relevan dengan perkembangan masyarakat. Sekuens kurikulum disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip psikologis, seperti kematangan, minat, tingkat kesukaran, pengalaman, dan penguasaan sebelumnya.
2.     Penggunaan The social problems core curriculum
The social problems core curriculum cocok digunakan untuk pengembangan kurikulum mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, atau diterapkan untuk pemecahan masalah-masalah sosial yang mendesak untuk dipecahkan dan bersifat kontroversial, seprti kemiskinan, inflasi, rasialisme, dan sebagainya.
3.     Prosedur pengembangan The social problems core curriculum
Prosedur pengembangan the social problems core curriculum, mengikuti pola seperti yang digambarkan dengan urutan pertanyaan sebagai berikut :
a.          Bagaimana gambaran masayarakat yang ada dewasa ini ?
b.         Apa akibatnya bila kita terus mempertahankan kondisi yang   ada ini ?
c.          Bagaimana gambaran masyarakat yang ideal ?

d.         Jika gambaran pertanyaan pada langkah ke-3 berbeda dengan pertanyaan langkah ke-2, usaha apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya, baik secara kelompok maupun individual ?.

No comments:

Post a Comment