Metode Pembelajaran Menulis Permulaan



Metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis permulaan pada hakikatnya sama dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan. Persyaratan pembelajaran menulis permulaan seyogyanya siswa sudah bisa membaca apa yang akan mereka tulis. Seperti pada kegiatan membaca permulaan, pembelajaran menulis permulaan juga melalui dua tahapan yaitu tahap prapembelajaran berkaitan dengan kesiapan menulis siswa dan tahap menulis permulaan melalui kegiatan menjiplak/mengeblat, menyalin/meniru, menatap, menulis halus/indah, dikte/imlak, dan mengarang sederhana melalui berbagai imbingan.

Metode yang dapat digunakan antara lain
(1) metode abjad,
(2) metode kupas rangkai suku kata,
(3) metode kata lembaga, dan
(4) metode struktural analitik sintetik (SAS).
1)    Metode Abjad
Metode abjad, menurut Akhadiah merupakan metode yang sudah sangat tua. Dalam penerapannya, metode tersebut sering menggunakan kata kata lepas.
2)    Metode Eja / Kupas rangkai suku kata
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
a.    Menulis huruf lepas
b.    Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
c.    Merangkaikan suku kata menjadi kata
d.    Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)

3)    Metode Kata Lembaga
bola          bo-la         b-o-l-a         b-o-l-a         bola
bola          bo – la          b – o         l – a         bo – la          bola
Kepada siswa disajikan kata-kata : salah satu diantaranya merupakan kata lembaga, yaitu kata yang sudah dikenal oleh siswa. Kata tersebut diuraikan menjadi suku kata, dan suku kata dirangkaikan menjadi kata.
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Mengenalkan kata
2). Merangkaikan kata antar suku kata
3). Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya
4). Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5)
   
4)    Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
a. Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b. Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula

Dalam pembelajaran menulis, metode metode yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak adalah metode SAS. Menurut Supriyadi dkk. (l992) alasan mengapa metode SAS dipandang paling baik antara lain :
1.    Metode ini menganut prisip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa terkecil adalah kalimat
2.    Memperhitungkan perkembangan pengalaman bahasa anak
3.    Metode ini menganut prinsip menemukan sendiri.

Dalam penerapan metode SAS, guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
(a)    Guru menuliskan sebuah kalimat sederhana, membacanya, siswa menyalinnya.
(b)    Kalimat itu diuraikan ke dalam bentuk kata-kata. Setelah dibaca siswa menyalin kata-kata itu seperti yang dilakukan guru.
(c)    Kata-kata dalam kalimat itu diuraikan lagi atas suku-sukunya. Setelah dibaca, siswa menyalin suku kata-suku kata itu seperti yang dilakukan guru.
(d)    Suku kata itu pun diuraikan lagi atas huruf-hurufnya. Siswa menyalin seperti yang dilakukan guru.

Setelah guru memberikan penjelasan lebih lanjut, huruf-huruf itu dirangkaikan kembali menjadi suku kata, kata, dan kalimat untuk kemudian siswa menyalinnya seperti yang dilakukan guru.

Kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
(1)    Penulisan kata-kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal atau yang baru dengan huruf balok.
(2)    Menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang ditunjukkan guru.
(3)    Penulisan huruf yang ada pada kartu, yang telah disusun menjadi kata.
(4)    Penulisan cerita di dalam gambar dengan bimbingan guru.
(5)    Penulisan kata-kata yang sudah dikenal (dengan didiktekan guru).
(6)    Penulisan kalimat sederhana yang dimulai dengan huruf kapital diakhiri tanda titik.
(7)    Penulisan jawaban atas pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.

Selanjutnya pembelajaran menulis sudah mengarah pada kegiatan mengarang yang diawali dengan pembelajaran mengarang permulaan (mengarang sederhana berdasarkan gambar seri, cerita sederhana, atau pengalaman siswa) sampai pada tingkat mengarang lanjut. Pembelajaran menulis lanjut diarahkan pada pengembangan kemampuan menulis beragam bentuk tulisan.

No comments:

Post a Comment