STUDI KASUS Pembelajaran Bilangan Pecahan Dengan Menggunakan Teori Belajar Jerome S. Bruner


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                 Teori belajar merupakan sebuah teori perkembangan mental yang berisi tentang apa yang terjadi pada mental anak, berisi tentang apa yang diharapkan terjadi pada mental anak, menguraikan tentang kegiatan mental anak, apa yang dapat dilakukan anak pada usia tertentu, tidak ada tujuan dan prosedur mengajar.
                 Teori belajar berbeda dengan teori mengajar. teori mengajar berisi uraian tentang petunjuk bagaimana semestinya mengajar anak pada usia tertentu. Sedangkan pada  teori mengajar terdapat tujuan dan prosedur mengajar.
                 Salah satu untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural,  guru perlu mengetahui berbagai teori belajar matematika, unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran,siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.
                 Dalam Teori Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak bisa digunakan pada semua materi dalam matematika hanya beberapa materi saja yang dapat digunakan dengan metode penemuan.
B.     Tujuan
            Tujuan dilakukannya studi kasus ini adalah :
1)      Untuk mengetahui keadaan asli dari sebuah pembelajaran.
2)      Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang di alami siswa.
3)      Untuk mengetahui teori belajar yang sesuai.
4)      Untuk mengetahui aplikasi dari teori belajar bruner.


C.      Sasaran Kegiatan
Sasaran dari studi kasus ini adalah:
Siswa sekolah dasar
D.    JENIS KEGIATAN
Jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam observasi ini antara lain :
1.      Observasi / pengamatan.
2.      Wawancara.
3.      Diskusi dan refleksi hasil.

BAB II
PERMASALAHAN
       I.            Identitas Siswa Studi Kasus (Terpilih)
Nama                                       : Irfan (Nama Samaran)
Tempat & Tanggal Lahir         : Boyolali, 12 Agusuts 2001
Alamat                                             
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Umur                                       : 10 Tahun
Agama                                     : Islam
Kelas                                       : V
Orang tua                                : Jaino (Nama Samaran)
Pekerjaan                                 : Swasta
    II.            Kesulitan yang dialami
Ø  Kurang memahami cara pengoperasian bilangan pecahan terutama pecahan campuran.
 III.            Sumber Informasi
Informasi diperoleh dari kegiatan observasi untuk mata kuliah Psikologi Perkembangan. Ketika observasi dikelas, diketemukan saudara irfan kurang memahami pengoperasian bilangan pecahan terutama pecahan campuran.



BAB III
TEORI RUJUKAN
TEORI BELAJAR MENGAJAR MENURUT JEROME S. BRUNER
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain:
1.      Perkembangan intelektual anak
Menurut penelitian  J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga taraf.
                   i.      Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas.
                 ii.      Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya
               iii.      Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.
2.      Tahap-tahap dalam proses belajar mengajar
Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
Ø  Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
Ø  Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual.
Ø  Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi. 
3.      Kurikulum spiral
J. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif  keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan. Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah himpunan dengan tiga anggotanya.
Contoh himpunan tiga buah mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan 3 contoh himpunan mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga.
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
ü  Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
ü  Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin  yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
ü  Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?
ü  Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003 3.16)  


BAB IV
PEMBAHASAN
Untuk masalah pengoperasian bilangan pecahan dengan menggunakan teori belajar Bruner, kita bisa mengaplikasikan dengan cara berikut.
a.  Tahap Enaktif.
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek.

 b. Tahap Ikonik
  Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
Penyajian pada tahap ini  apat diberikan gambar-gambar dan Anda dapat berikan sebagai berikut.
c.  Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
1.      Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.
2.      Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
3.      Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. 
4.      Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu  si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
5.      Tidak semua materi yang ada dalam matematika sekoah dasar dapat dilakukan dengan metode penemuan.


BAB V
PENUTUP
Hasil Studi Kasus
            Setelah melakukan studi kasus dengan saudara irfan sebagai obyek dan mengaplikasikan tero belajar J.Bruner. saudara irfan mulai memahami materi pecahan walaupun membutuhkan waktu yang lama dan mengulang-ulang supaya mengerti. Setelah studi kasus selesai saudara irfan mengejakan soal yang saya berikan dan hasilnya saudara irfan bisa mengerjakan dengan benar.

Kesimpulan
Dalam Teori Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak bisa digunakan pada semua materi dalam matematika hanya beberapa materi saja yang dapat digunakan dengan metode penemuan.
Teori belajar matematika menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya



DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset. 2005
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 2000
Simanjutak, Lisnawaty, Metode Mengajar Matematika, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1998
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006

No comments:

Post a Comment