Dalam beberapa tahun terakhir, istilah AI atau Artificial Intelligence telah mendunia. Teknologi ini hadir dalam berbagai aspek kehidupan: dari ponsel pintar, kendaraan otonom, sistem perbankan, hingga dunia pendidikan. Namun, di tengah dominasi kecerdasan buatan tersebut, muncul sebuah gagasan penting dari kalangan pendidikan dan budaya Indonesia: mengubah paradigma dari AI (Artificial Intelligence) menjadi KA (Kecerdasan Artifisial).
Perubahan ini bukan sekadar permainan istilah, melainkan mencerminkan semangat kebangsaan dan kemandirian dalam mengelola perkembangan teknologi dengan pendekatan lokal yang bermakna.
🌐 AI: Dominasi Bahasa Global dan Tantangan Kontekstual
Istilah AI berasal dari bahasa Inggris: Artificial Intelligence, yang berarti kecerdasan buatan—sebuah cabang ilmu komputer yang berfokus pada pembuatan sistem cerdas yang dapat meniru perilaku manusia. Istilah ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1956 oleh John McCarthy dalam konferensi di Dartmouth, Amerika Serikat. Sejak saat itu, istilah "AI" telah menjadi standar global dalam literatur teknologi.
Namun, penggunaan istilah ini secara mentah dalam konteks Indonesia sering kali menyebabkan distansi makna. Banyak masyarakat umum yang hanya mengenal istilah AI sebagai simbol kecanggihan, tetapi tidak memahami esensinya atau dampaknya dalam konteks lokal.
🇮🇩 KA: Upaya Mengindonesiakan Teknologi Tinggi
KA atau Kecerdasan Artifisial adalah terjemahan resmi dari istilah AI dalam bahasa Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Kemendikbudristek) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) telah mencantumkan istilah ini sebagai padanan yang sah.
📚 KA dalam Dunia Pendidikan dan Kurikulum
Istilah KA telah mulai digunakan dalam kurikulum Merdeka Belajar, terutama dalam bidang informatika dan kecakapan abad 21. Buku-buku ajar dan modul pelatihan guru kini lebih sering menyebut "Kecerdasan Artifisial" daripada sekadar "AI", agar peserta didik lebih paham bahwa teknologi ini bagian dari sains yang bisa dipelajari dan dikembangkan secara lokal.
🧠 Bukan Sekadar Bahasa, Tapi Paradigma
Mengganti istilah AI menjadi KA juga membawa semangat perubahan paradigma. AI sering dianggap sebagai entitas asing yang mengendalikan manusia, sementara KA mengajak masyarakat melihat teknologi sebagai alat bantu kecerdasan, bukan pengganti manusia.
Dalam pendekatan KA, unsur nilai, etika, dan konteks budaya dimasukkan dalam pengembangan teknologi. Seperti ditegaskan oleh para pakar, bahwa KA di Indonesia harus dikembangkan dengan prinsip AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif).
📊 Tabel Perbandingan: AI vs KA
Aspek | AI (Artificial Intelligence) | KA (Kecerdasan Artifisial) |
---|---|---|
Asal Bahasa | Inggris | Indonesia |
Konteks Budaya | Umum/global | Lokal/berakar nilai |
Aksesibilitas Pemahaman | Cenderung teknis | Lebih mudah dipahami publik |
Nilai Tambah | Fokus teknologi | Fokus teknologi + etika |
Dukungan Pemerintah | Umum | Didorong dalam literasi digital nasional |
🏫 Peran Guru dan Sekolah dalam Sosialisasi KA
Para pendidik kini dituntut untuk memperkenalkan KA bukan hanya sebagai teknologi, tetapi sebagai bagian dari literasi digital. Dengan memperkenalkan KA dalam pembelajaran sejak dini, siswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta dan pemikir kritis.
Guru juga dapat memanfaatkan sumber daya lokal—seperti cerita rakyat, masalah sosial, dan nilai budaya—untuk mengembangkan proyek berbasis KA yang kontekstual.
💡 Kesimpulan
Mengubah istilah dari AI menjadi KA bukan hanya sekadar soal penerjemahan. Ini adalah langkah strategis menuju kemandirian digital nasional. KA mengajak kita untuk tidak hanya mengadopsi teknologi, tetapi juga mengadaptasi dan menciptakannya sesuai nilai dan konteks Indonesia.
Penggunaan istilah KA yang bermuatan nilai, etika, dan kebudayaan lokal akan menjadi pondasi penting untuk membangun generasi digital yang cerdas, berkarakter, dan mandiri. 🌱
📚 Daftar Pustaka
-
McCarthy, J. (1956). A Proposal for the Dartmouth Summer Research Project on Artificial Intelligence.
-
Mayer, R. E. (2001). Multimedia Learning. Cambridge University Press.
-
Badan Bahasa. (2023). Glosarium Kecerdasan Artifisial – badanbahasa.kemdikbud.go.id
0Comments