Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Pendekatan
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut
pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Pengembangan
kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut sukmadinata, pengembangan
kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curiculum constraction),
bisa juga menyempurnakan kurikulum yang sudah ada (curiculum improvement).
Selanjutnya, beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum
berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum,
struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengjaran,
sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curiculum).
Dilihat dari cakupan pengembangannya
apakah curiculum construction atau curiculum improvement, ada dua pendekatan
yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum. Pendekatan tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Pendekatan Top Down
Pendekatan Top Down atau pendekatan
administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah.
Dikatakan pendekatan Top Down, disebabkan pengembangan kurikulum muncul atas
inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari para
pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan seperti dirjen atau kepala Kantor
Wilayah. Selanjutnya dengan menggunakan semacam garis komando, pengembangan
kurikulum menetes ke bawah. Oleh karena dimulai dari atas itulah, pendekatan
ini juga dinamakan line staff model. Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di
negara-negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.
Dilihat dari cakupan pengembangannya, pendekatan
top down bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru
(curiculum constraction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah ada
(kurikulum improvement). Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum
model ini dilakukan kira-kira sebagai berikut:
Ø Langkah
pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan.
Anggota tim biasanya terdiri dari pejabat yang ada di bawahnya, seperti para
pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan bisa juga ditambah
dengan para tokoh dari dunia kerja. Tugas tim pengarah ini adalah merumuskan
konsep dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, dan
tujuan umum pendidikan.
Ø Langkah
kedua, adalah menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau
rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah. Anggota kelompok kerja
ini adalah para ahli kurikulum, para ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi,
ditambah dengan guru-guru senior yang dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokok
tim ini adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari
tujuan-tujuan umum, memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih
strategi pengajaran, dan alat atau petunjuk evaluasi, serta menyusun
pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
Ø Langkah
ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja,
selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi
catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu, kurikulum itu di uji
cobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para
administrator. Hasil uji coba itu digunakan sebagai bahan penyempurnaan.
Ø Keempat,
para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.
Dari langkah-langkah pengembangan
seperti yang telah dikemukakan di atas, maka tampak jelas bahwa inisiatif
penyempurnaan atau perubahan kurikulum dimulai oleh pemegang kebijakan
kurikulum, atau para pejabat yang berhubungan dengan pendidikan; sedangkan
tugas guru hanya sebagai pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para
pemegang kebijakan.
2.
Pendekatan Grass Roots
Pada model grass roots, inisiatif
pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai
implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya
pengembangan kurikulum ini disebut juga pengembangan kurikulum dari bawah ke
atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak
digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curiculum improvemnt), walaupun dalam
skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru
(curiculum constraction).
Minimal ada dua syarat sebagai kondisi
yang memungkinkan pendekatan grass root dapat berlangsung. Pertama, manakala
kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada
setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan
kurikulum yang sedang diberakukan. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya
mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan
pengembangannya dengan pendekatan ini. Kedua, pendekatan grass root hanya
mungkin terjadi jika guru memiliki sikap professional yan tinggi disertai
kemampuan yang memadai.
Ada beberapa langkah penyempurnaan
kurkulum yang dapat kita lakukan manakala enggunakan pendekatan grass root ini.
Langkah-lankah tersebut adalah sebagai berikut:
Ø Menyadari
adanya masalah. Pendekatan grass root biasanya diawali dari keresahan guru
tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakannya ketidakcocokan penggunaan
strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau
masalah kuangnya motivasi belajar siswa, sehingga kita merasa tertanggu dan
lain sebagainya. Pemahaman dan ksadaran guru akan adanya suatu masalah
merupakan kunci dalam grass root. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mingkin
grass roots dapat berlangsung.
Ø Mengadakan
refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha
mencari penyebab muncunya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji
literature yang relevan. Misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian
yang relevan dengan masalah yan kita hadapi, atau mengkaji sumber informasi
lain. Misalnya melacak sumber-sumber dari internet, atau melakukan diskusi
dengan teman sejawat dan mengkaji sumber dari lapangan.
Ø Mngajukan
hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan hasl kajian refleksi, selanjutnya
uru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara
penanggulangannya.
Ø Menentukan
hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi
dan kondisi lapangan. Tidak mungkin berbagai kemungkinan bias kita laksanakan.
Dalam langkah ini kita hanya memilih kemungkinan yang dapat dilakukan dan
selanjutnya merncanakan apa ynag harus kita lakukan untuk mengatasi masalah
ersebut. Disamping itu kita juga dapat memperhitungkan berbagai kemungkinan
yang akan muncul, misalnya berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih
dini kita akan dapat mengatasi hambatan-hambatn tersebut.
Ø Mengimplementasikan
perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus hingga terpechkan masalah
yang dihadapi. Alam proses pelaksaannya, Kita dapat berkolaborasi atau meinta
pendapat teman sejawat.
Ø Membuat
dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass roots.
Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan
diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang
lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.
No comments:
Post a Comment