Rancangan kurikulum yang berorientasi pada masyarakat didasari oleh asumsi
bahwa tujuan dari sekolah adalah untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan
masyarakat harus dijadikan dasar dalam menentukan isi kurikulum. Ada 3
perspektif desain kurikulum yang berorientasi pada kehidupan masyarakat, yaitu:
perspective status quo (the status quo perspective), perspective reformis (the
reformis perspective), dan perspektif masa depan (the futuristik perspective).
1. Perspektive Status Quo
1. Perspektive Status Quo
Rancangan kurikulum ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya
masyarakat. Dalam perspektif ini, kurikulum merupakan perencanaan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik sebagai persiapan
menjadi orang dewasa yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Yang dijadikan
dasar oleh para perancang kurikulum adalah aspek-aspek penting kehidupan
masyarakat.
Kegiatan-kegiatan utama dalam masyarakat yang disarankan untuk menjadi isi
kurikulum adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan bahasa atau komunikasi sosial
2.
Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
3.
Kegiatan dalam kehidupan sosial seperti bergaul dan
berkelompok dengan orang lain
4.
Kegiatan menggunakan waktu senggang dan menikmati
rekreasi
5.
Usaha menjaga kesegaran jasmani dan rohani
6.
Kegiatan yang berhubungan dengan religius
7.
Kegiatan yang berhubungan dengan peran orang tua
seperti membesarkan anak, memelihara kehidupan keluarga yang harmonis.
8.
Kegiatan praktis yang bersifat vokasional atau
keterampilan tertentu.
9.
Melakukan pekerjaan sesuai dengan bakat seseorang.
Disamping hal-hal tersebut diatas, perspektif ini juga menyangkut desain
kurikulum untuk memberi keterampilan sebagai persiapan untuk bekerja (profesi).
Oleh sebab itu, sebelum merancang isi kurikulum, para perancang perlu terlebih
dahulu menganalisis kemampuan apa yang perlu dimiliki anak sehubungan dengan
tugas atau profesi tertentu. Dari hasil analisis itu kemudian dirancang isi
kurikulum yang diharapkan lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan lapangan
kerja.
2. Perspektif Pembaharuan (The Reformist Perspective)
2. Perspektif Pembaharuan (The Reformist Perspective)
Dalam perspektif ini, kurikulum
dikembangkan untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri.
Kurikulum reformis menghendaki peran serta masyarakat secara total dalam proses
pendidikan. Pendidikan dalam perspektif ini harus berperan untuk mengubah
tatanan sosial masyarakat.
Menurut pandangan para reformis, dalam proses pembangunan pendidikan sering
digunakan untuk menindas masyarkat miskin untuk kepentingan elit yang berkuasa
atau untuk mempertahankan struktur sosial yang sudah ada. Dengan demikian,
masyarakat lemah a-an tetap berada dalam ketidakberdayaan. Oleh sebab itu,
menurut para reformis, pendidikan harus mampu mengubah keadaan masyarakat itu.
Baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal harus mengabdikan diri demi
tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang
lebih adil dan merata.
1.
Perspektif Masa Depan (the futurist perspective)
Perspektif
masa depan sering dikaitkan dengan kurikulum rekonstruksi sosial, yang
menekankan kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dan kehidupan
sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Model kurikulum ini lebih mengutamakan
kepentingan sosial daripada kepentingan individu. Setiap individu harus mampu
mengenali berbagai permasalahan yang ada di dalam masyarakat yang senantiasa
mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan pemahaman tersebut, maka akan
memungkinkan individu dapat mengembangkan masyarakatnya sendiri.
Tujuan utama
kurikulum dalam perspektif ini adalah mempertemukan siswa dengan
masalah-masalah yang dihadapi umat manusia. Ada 3 kriteria yang harus
diperhatikan dalam proses mengimplementasikan kurikulum ini. Ketiganya menurut
pembelajaran nyata (real), berdasarkan pada tindakan (action), dan mengandung
nilai (values).
Ketiga
kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Siswa harus memfokuskan pada satu aspek yang ada di
dalam masyarakat yang dianggapnya perlu untuk diubah.
2.
Siswa harus melakukan tindakan terhadap masalah yang
dihadapi masyarakat itu.
3.
Tindakan siswa harus didasarkan pada nilai (values),
apakah tindakan itu patut dilaksanakan atau tidak; apakah memerlukan kerja
individual atau kelompok atau bahkan keduanya
No comments:
Post a Comment