BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teori belajar merupakan sebuah teori
perkembangan mental yang berisi tentang apa yang terjadi pada mental anak, berisi
tentang apa yang diharapkan terjadi pada mental anak, menguraikan tentang
kegiatan mental anak, apa yang dapat dilakukan anak pada usia tertentu, tidak
ada tujuan dan prosedur mengajar.
Teori
belajar berbeda dengan teori mengajar. teori mengajar berisi uraian tentang
petunjuk bagaimana semestinya mengajar anak pada usia tertentu. Sedangkan pada teori mengajar terdapat tujuan dan prosedur
mengajar.
Salah satu untuk dapat memahami
konsep-konsep dan prosedural, guru perlu
mengetahui berbagai teori belajar matematika, unsur pokok dalam pembelajaran
matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja
dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran,siswa sebagai pelaksanaan
kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam
hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.
Dalam Teori
Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak bisa
digunakan pada semua materi dalam matematika hanya beberapa materi saja yang
dapat digunakan dengan metode penemuan.
B. Tujuan
Tujuan
dilakukannya studi kasus ini adalah :
1) Untuk mengetahui keadaan asli dari
sebuah pembelajaran.
2) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan
yang di alami siswa.
3) Untuk mengetahui teori belajar yang
sesuai.
4) Untuk mengetahui aplikasi dari teori
belajar bruner.
C. Sasaran
Kegiatan
Sasaran
dari studi kasus ini adalah:
Siswa sekolah dasar
D. JENIS
KEGIATAN
Jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam observasi ini
antara lain :
1.
Observasi / pengamatan.
2.
Wawancara.
3.
Diskusi dan refleksi hasil.
BAB II
PERMASALAHAN
I.
Identitas Siswa Studi Kasus (Terpilih)
Nama : Irfan (Nama Samaran)
Tempat & Tanggal Lahir : Boyolali, 12 Agusuts 2001
Alamat
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 10 Tahun
Agama : Islam
Kelas : V
Orang tua :
Jaino (Nama Samaran)
Pekerjaan :
Swasta
II.
Kesulitan yang dialami
Ø Kurang memahami cara pengoperasian bilangan pecahan terutama
pecahan campuran.
III.
Sumber Informasi
Informasi diperoleh dari kegiatan observasi untuk
mata kuliah Psikologi Perkembangan. Ketika observasi dikelas, diketemukan
saudara irfan kurang memahami pengoperasian bilangan pecahan terutama pecahan
campuran.
BAB III
TEORI RUJUKAN
TEORI BELAJAR MENGAJAR MENURUT JEROME S. BRUNER
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J.
Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam
bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat
perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian
Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu,
antara lain:
1. Perkembangan intelektual anak
Menurut
penelitian J. Piaget, perkembangan
intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga taraf.
i.
Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi
tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan
perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia
luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang
fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada
taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak
sangat terbatas.
ii.
Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”,
artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan
percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam
pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah
yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang
tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami
sebelumnya
iii.
Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi
berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang
berlangsung dihadapinya sebelumnya.
2. Tahap-tahap dalam proses belajar mengajar
Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh
tiga tahap, yaitu:
Ø Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang
siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang
sedang dipelajari.
Ø Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini,
informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan
menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual.
Ø Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi,
seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah
ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah
yang dihadapi.
3. Kurikulum spiral
J. S.
Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral.
Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep
dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap
yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam
bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam
matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan.
Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah
himpunan dengan tiga anggotanya.
Contoh
himpunan tiga buah mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan 3 contoh
himpunan mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga.
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan:
ü
Sajikan
contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk
contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh
adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
ü
Bantu
si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan
pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai
rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
ü
Berikan
satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.
Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?
ü
Ajak
dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.
Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang
dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
(Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003 3.16)
BAB IV
PEMBAHASAN
Untuk masalah pengoperasian
bilangan pecahan dengan menggunakan teori belajar Bruner, kita bisa
mengaplikasikan dengan cara berikut.
a. Tahap Enaktif.
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan
melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak
atik)objek.
b. Tahap Ikonik
Dalam
tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana
pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang
dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari
objek-objek yang dimanipulasinya.
Penyajian pada tahap ini apat diberikan gambar-gambar dan Anda dapat
berikan sebagai berikut.
c. Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar
simbolik, anak memanipulasi Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan:
1.
Sajikan contoh dan bukan
contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.
2.
Bantu si belajar untuk
melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
3.
Berikan satu pertanyaan dan
biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.
4.
Ajak dan beri semangat si
belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.Jangan dikomentari
dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban
yang sebenarnya.
5.
Tidak semua materi yang ada
dalam matematika sekoah dasar dapat dilakukan dengan metode penemuan.
BAB V
PENUTUP
Hasil
Studi Kasus
Setelah
melakukan studi kasus dengan saudara irfan sebagai obyek dan mengaplikasikan
tero belajar J.Bruner. saudara irfan mulai memahami materi pecahan walaupun
membutuhkan waktu yang lama dan mengulang-ulang supaya mengerti. Setelah studi
kasus selesai saudara irfan mengejakan soal yang saya berikan dan hasilnya
saudara irfan bisa mengerjakan dengan benar.
Kesimpulan
Dalam Teori Bruner dengan metode
Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak bisa digunakan pada semua
materi dalam matematika hanya beberapa materi saja yang dapat digunakan dengan
metode penemuan.
Teori belajar matematika menurut
J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S.
Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah dengan melakukan
penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian
akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model)
konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang
dipelajari harus ada kaitannya
DAFTAR PUSTAKA
Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V.
Andi Offset. 2005
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 2000
Simanjutak, Lisnawaty, Metode
Mengajar Matematika, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993
Soemanto,
Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta:
PT Rineka Cipta. 1998
Syah, Muhibbin, Psikologi
Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006
No comments:
Post a Comment