Aliran-Aliran Pendidikan



A.    Aliran Klasik Pendidikan
1)             Aliran Empirisme
Secara etimologis, empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Pokok pikiran yang dikemukakan oleh aliran ini menyatakan bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaan yang merupakan bakat tidak diakuinya.
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan (Umar Tirtarahardja). Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke (1632-1704).
Menurut aliran empirisme, manusia dilahirkan dalam keadaan kosong bagaikan “tabula rasa” yaitu sebuah meja berlapis lilin yang tidak terdapat tulisan apapun di atasnya. Dengan kata lain, seseorang yang dilahirkan mirip atau bagaikan kertas putih bersih yang masih kosong, sehingga pendidikan memiliki peran yang sangat penting bahkan dapat menentukan keberadaan sang anak . mendidik menurut John Locke adalah membentuk pribadi anak sesuai dengan yang dikehendakinya. Aliran ini disebut juga dengan aliran Optimisme. Di samping itualiran ini meyakini bahwa dengan memberikan pengalaman melalui didikan tertentu pada anak, maka akan terwujudlah apa yang diinginkan. Perkembangan seseorang seluruhnya bergantung pada pengaruh lingkungan atau pengalaman yang diperolehnya melalui pendidikan.

2)             Aliran Nativisme
Menurut Zahara Idris (1992 :6) nativisme berasal dari bahasa Latin nativus berarti terlahir. Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Salah satu tokoh dari aliran ini adalah Arthur Schoupenhaeur (1788-1860). Adapun inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaan yang berupa bakat.
Aliran ini dikenal juga dengan aliran pesimistik karena pandangannya yang mengatakan, bahwa orang yang ‘berbakat tidak baik’ akan tetap tidak baik, shingga tidal perlu dididik untuk menjadi baik. Sebaliknya orang yang ‘berbakat baik’ akan tetap baik dan tidak perlu dididik karena tidak mungkin akan terjerumus menjadi ’tidakbaik’. Aliran ini memiliki ajaran bahwa bakat yang merupakan pembawaan seseorang yang menentukan nasibnya.

3)             Aliran Naturalisme
Aliran ini tumbuh pada abad ke 17 yaitu tepatnya pada tahun 1712-1778 dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat yang ia tuliskan dalam sebuah bukunya berjudul ‘Emile’ bahwa semua anak baru dilahirkan pada dasarnya mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan dan campur tangan masyarakat. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan hanya memiliki kewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hendaklah diserahkan pada alam. Pendidikan hanya dapat berbuat menjaga agar pembawaan yang baik pada anak tidak rusak akibat campur tangan masyarakat. Oleh karena itu ciri dari aliranini adalah bahwa dalam mendidik seorang anak hendaknya diserahkan pada alam agar pembawaan yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik. Pada saat anak menjadi remaja hendaknya anak diajarkan agama dan moral yang semata-mata menjadi alasan alamiah saja.
Rosseau berpendapat, bahwa lebih baik menunda suatu pengajaran daripada cepat-cepat melaksanakanya hanya karena ingin menanamkan suatu aturan atau otoritas terentu (Ditjen Dikti, 1983).

4)             Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern (1871-1938), ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. Setiap pribadi merupakan hasil konvergensi dari faktor-faktor internal maupun eksternal. Perpaduan antara pembawaan dan lingkungan keduanya menuju pada satu titik pertemuan yang terwujud sebagai hasil pendidikan. Sehubungan dengan itu, teori konvergensi yang dikemukakan oleh Sterm berpendapat bahwa:
*        Pendidikan memiliki kemungkinan untuk dapat dilaksanakan, dalam arti untuk dapat dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan potensinya.
*        Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungannya.
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern, aliran konvergensi dipandang lebih realistis, sehingga banyak diikuti pakar pendidikan.

B.     Gerakan-Gerakan Baru dalam Pendidikan
1.         Pembelajaran Alam Sekitar
Perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven. Dasar pemikirannya adalah bahwa peserta didik akan mendapat kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia kenyataan. Dalam hal ini peserta didik dapat ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfaatan lingkungan terutama lingkungan dimana peserta didik akan berinteraksi. Umumnya secara spontan peserta didik akan melakukan penjelajahan karena manusia adalah makhluk sosial. Melalui penjelajahan maka peserta didik akan menghayati secara langsung keadaan lingkungan. Hal ini sangat penting bagi ahli pendidik/guru/pembmbing dalam merencanakan dan membantu peserta didik agar dapat memahami dunia nyata, memiliki kemampuan dan apresiasi, sehingga dapat hdup kreatif berdasarkan pemahaman terhadap kemanusiaan serta sumber-sumber alami.
Semua sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Untuk keperluan ini para guru/pembimbing perlu dilatih sedemikian rupa dalam inservice training (pendidikan dalam jabatan). Berhubungan dengan pendidikan pengajaran alam sekitar tersebut di Amerika berkembang juga sekolah taman (park school) yang merupakan upaya kerja sama antar sekolah, pemerintah setempat dan masyarakat.

2.         Pengajaran Pusat Perhatian (centers d’interet.)
Penemunya adalah Ovide Decroly (1871-1923), seorang dokter perancis yang mendirikan yayasan untuk anak-anak abnormal yang bertempat dirumahnya pada tahun 1901. Tahun 1907 metodenya diterapkan pada anak-anak normal. Pengajaran disusun berdasarkan pusat perhatian anak, yang dinamai centers d’interet.

3.         Sekolah Kerja
George Kerschensteiner (1854-1932) adalah seorang guru ilmu pasti sekaligus inspektur di munchen. Ia banyak menulis buku tetntang arbeitsshule. Perhatiannya tertuju pada pendidikan kewarganegaraan, pengertian dan pendidikan watak, serta soal-soal pokok tentang orgaisasi sekolah.
Tahun 1898 ia menembangkan cita-cita pendidikan , bainya tujuan tertinggi manusia adalah mengabdi pada Negara. Bentuk sekolahnya adalah menciptakan pekerjaan yang memajukan masyarakat. Jadi pusat pengajarannya adalah kerja untuk menatap masa depan. Beliau telah berhasil menciptakan 50 macam pekerjaan di sekolah yag terbagi atas tiga golongan besar yaitu sekolah perindustrian terbuka, dan sekolah perdagangan. Semua latihan dilakukan di sekolah sehingga sekolah dilengkapi dengan banyak fasilitas.
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.

4.         Pengajaran Proyek
Proyek pengajaran berarti kegiatan, sedangkan belajar mengandung arti kesempatan untuk memilih, merancang berlatih memimpin dan sebagainya. Dalam hal ini penting bagi peserta didik untuk mampu memecahkan berbagai persoalan sehingga membentuk watak yang akif. Demikian pemikiran menurut WH Kilpatrick dalam pengajaran proyek. Ia menanamkan pengajaran proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan secara teratur dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya.
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.

C.   Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia
1.         Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ( Ki Hajar Dewantara) pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Pada mulanya, beliau adalah seseorang yang gemar menulis dengan menggunakan bahasa Belanda yang halus dan mengandung sindiran terhadap pemerintah Belanda. Sindirannya yang dianggap paling tajam oleh pemerintah Belanda adalah “Alks ik een Nederlander was”(andai saja saya orang Belanda). Karena tulisannya ini, maka beliau dibuang ke negeri Belanda, dan setelah masa pengasingannya berakhir, ia kembali ke indonesia dan mengabdi pada dunia pendidikan.
Di dalam melaksanakan konsep pendidikannya, taman siswa memiliki asas-asas :
1.      Asas merdeka utuk mengatur dirinya sendiri.
2.      Baik Asas kebudayaan yang dalam hal ini kebudayaan Indonesia sendiri.
3.      Asas kerakyatan, pendidikan, dan pengajaran harus diberikan kepada seluruh rakyat.
4.      Asas kekuatan sendiri (berdikari); taman siswa menolak bantuan yang mungkin dapat mengikatnya baik secara lahir maupun batin.
5.      Asas berhamba kepada anak; para pendidik dalam mendidik anak hendaknya dengan sepenuh hati, tulus, ikhlas dengan tidak terikat pada siapa pun dan oleh apa pun juga
Dua tahun setelah indonesia merdeka disusun dasar-dasar taman siswa yang dikenal dengan panca darma, yaitu :
1.      Kemanusiaan
Harus ada cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap seluruh makhluk tuhan. Kepentingan bangsa tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umat manusia.
2.      Kodrat hidup
Kodrat hidup sangat dibutuhkan untuk memelihara dan memajukan hidup, hingga manusia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir batin.
3.      Kebangsaan
Tidak boleh bersifat chauvinisme dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum manusia.
4.      Kebudayaan
Kebudayaan nasional harus dipelihara.
5.      Kemerdekaan kebebasan.
Ki Hajar Dewantara juga menentukan semboyan bagi kaum pendidik, yaitu ;
-          Ing ngarso sung tulodo
-          Ing madyo mangun karso
-          Tut wuri handayani
Bangsa Indonesia sangat menghargai jasa Ki Hajar Dewantara, sehingga mulai tahun 1961 hari lahir dijadikan hari pendidikan nasional.

2.         Ruang Pendidikan INS di Kasanyutan
INS (Indonesiche Nederlansce school) didirikan oleh Mohammad Syafei di Kayutanam, yaitu suatu kota kecil di dekat Padang Panjang Sumatera Barat.
Adapun dasar pemikiran INS adalah :
1.      Percaya dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa.
2.      Menentang intelektualisme, aktif, giat, dan punya daya cipta serta dinamis.
3.      Memperhatikan bakat dan lingkungan siswa.
4.      Berpikir secara rasional, bukan secara mistik.
Ruang pendidikan INS terdiri atas :
1.      Ruang rendah Sekolah Dasar 7 Tahun.
2.      Ruang antara tahun. Siswa tamatan HIS atau Schakel tidak langsung dapat diterima pada ruang dewasa, tetapi harus masuk ruang antara lebih dahulu.
3.      Ruang dewasa 4 tahun. Tamatan ruang dewasa yang hendak menjadi guru, diwajibkan belajar Ilmu Keguruan dan praktek mengajar.
4.      Ruang masyarakat 1 tahun.
Pada semua tingkatan ruang, diberikan 50% mata pelajaran umum dan 50% pelajaran kejuruan. Sistem ini tidak mendapat tanggapan yang diharapkan dari daerah lain karena terlalu banyak menuntut pengorbanan dari pendidiknya. Mereka harus berani hidup sangat sederhana da mungkin dalam kekurangan. Keuntungan dari pendidikannyahanya dirasakan secara perorangan.



Daftar Pustaka
Munib,Achmad.2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNES press.
Idris, H. Zahara.1992. pengantar pendidikan Jilid 1. Jakarta. Penerbit ; PT.Grasindo.
Tirtahardja, Umar dan La Sula. Pengantar pendidikan. Jakarta. Penerbit : Rineka Cipta
Idris, H.Zahara.1992. Pengantar Pendidikan Jilid II.Jakarta. Penerbit : PT. Grasindo
Said, Moh. 1981. Pendidikan Abad keduapuluh dengan latar Belakang Kebudayaannya. Jakarta : Mutiara  
 

No comments:

Post a Comment