MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM



Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Tiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pendekatannya maupun pengembangannya;
1. Model Tyler
Pengembangan kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam buka classis yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan pada proses pengembangan kurikulum. Dalam model ini, ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum :
1. Menentukan tujuan
2. Menentukan pengalaman belajar
3. Mengorganisasi pengalaman belajar
4. Evaluasi
2. Model Taba
Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model taba lebih menitikberatkan pada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu dalam model ini dikembangkan tahap-tahap yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum.
Ada 5 langkah pengembangan kurikulum model Taba:
1. Menghasilkan unit-unit percobaan
2.Menguji coba unit eksperimen untuk menentukan validitas dan kelayakan penggunaannya
3. Merivisi dan mengonsolidasi unit eksperimen
4. Mengembangkan keseluruhan rangka kurikulum
5. Mengimplementasi kurikulum yang telah teruji
3. Model Oliva
Menurut olive suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprensif, dan sistematik. Menurut olive model yang dikembangkan ini dapat digunakan dalam beberapa dimensi. Yang pertama untuk menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khsus misalkan penyempurnaan kurikulum bidang studi tertentu disekolah, baik dalam tataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, model ini juga dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang program kurikulum. Ketiga model ini dapat digunakan dalam program pembelajaran secara khusus.
4. Model Beauchamp
Model ini dinamakan system Beauchamp, karena memang diciptakan dan dikembangkan oleh Bauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada lima langkah dalam proses pengembangan kurikulum.
Ø  Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. Wilayah itu bias terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional.
Ø  Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pngembangan kurikulum. Ia menyarankan untuk melibatkan seluas-luasnya para tokoh di masyarakat. Baik itu para ahli/ spesialis kurikulum, para ahli pendidikan serta para professional dalam bidang lain.
Ø  Menetapkan prosedur yang akan ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi. Keseluruhan prosedur itu selanjutnya dapat dibagi dalam lima langkah:
1). Membentuk tim pengembang kurikulum
2). Melakukan penilaian terhadap kurikulum yang sedang berjalan
3). Melakukan studi atau penjajakan tentang penentuan kurikulum baru
4). Merumuskan kriteria dan alternative pengembang kurikulum
5). Menyusun dan menulis kurikulum yang dikehendaki
Ø  Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai hal yang dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap efektivitas penggunaan kurikulum.
Ø  Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut:
1). Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah
2). Evaluasi terhadap desain kurikulum
3). Evaluasi keberhasilan amak didik
4). Evaluasi system kurikulum
5. Model Wheeler
Menurut Wheller, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses ynag membentuk lingkaran yang terjadi secara terus menerus. Dimana ada lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berturut. Artinya, kita tidak mungkin dapat menyelesaikan tahapan kedua manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Deikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung.
Wheller berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni:
a. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengelaman belajar
d. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar
e. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan

6. Model Nicholls
Dalam bukunya Developing a Curriculum: a Practical Guide (1978), Howard Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:
a. Analisis sesuatu
b. Menentukan tujuan khusus
c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d. Menentukan dan mengorganisasi metode
e. Evaluasi

7. Model Dynamic Skilbeck
Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic,b adalah model pngembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development) Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembang termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari mennganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut Skilbeck langkah-langakah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis sesuatu
b. Memformulasikan tujuan
c. Menyususn program
d. Interpretasi dan implementasi

e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi

No comments:

Post a Comment