Hubungan Empat Keterampilan Berbahasa



1.    Hubungan Antara Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan, dan meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian atau doa, komunikasi yang diucapkan merupakan hal utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan berbahasa lisan. Keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol - simbol lisan.
Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka pahami, tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini mengharuskan orang tua dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak – anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar (Ross dan Roe, 1990: 11).
Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut; mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk; mendapatkan fakta, manganalisa fakta, mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara.
Dawson dalam tarigan (1994 : 3 ) menjelaskan hubungan antara berbicara dan menyimak. Seperti berikut :
1)    Ujaran biasanya dipelajari melalui mendengarkan dan meniru. Dengan demikian materi yang didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap kecakapan berbicara seseorang.
2)    Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata dan pola kalimat.
3)    Upaya yang dilakukan untuk meningkatklan kemampuan mendengarkan berarti pula membantu meningkatkan kemampuan mendengar yang berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara.
4)    Bunyi suara yang didengarkan merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara seseorang terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu suaraa dan meteri yang berkualitas baik yang didengar.
Menyimak dan Berbicara, merupakan komunikasi dua arah secara langsung, komunikasi tatap muka atau face to face communication (Brooks, 1964:134). Persamaan : kegiatan komunikasi dua arah yang terjadi secara langsung. Perbedaan : menyimak (reseptif atau menerima informasi, apresiatif, fungsional), berbicara (produktif atau memberi informasi dan ekspresif).


2.    Hubungan Antara Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari orang lain. Baik dalam menyimak maupun dalam membaca dibutuhkan penyandian symbol-simbol ; menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis.
Penyandian kembali simbol-simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika seorang anak menyimak kalimat “Nanti Ibu belikan bola”, anak mengubungkan dengan alat permainan yang digunakan untuk bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata bola yang disimaknya.
Penyandian kembali simbol-simbol tertulis (membaca) melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Ketika membaca bola, anak mengucapkan atau mengucapkan dalam hati kata tersebut. Selain itu menghubungkannya dengan benda yang digunakan untuk bermain sepak bola. Oleh karena itu keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan membaca, kecuali pada tingkat penyandiannya.
 Mengajar anak-anak menangkap ide-ide pokok, detail, urutan, hubungan sebab akibat, mengevaluasi secara kritis, dan menangkap elemen-elemen lain dari pesan-pesan secara lisan dapat mempengaruhi kemampuan anak-anak membaca guna menangkap elemen-elemen yang sama seperti ketika mereka menyimak. Penambahan sebuah kata dalam kosa kata yang disimak anak-anak meningkatkan kemungkinan mereka dapat menafsirkan arti kata tersebut jika mereka membacanya (Ross dan Roe, 1990: 12). Contoh, seorang anak yang dapat memahami kata “bermain” ketika menyimak cerita gurunya, juga dapat memahami ketika menjumpai kata tersebut dalam bacaan.
Persamaan dan Perbedaan Menyimak dan Membaca
a.    Persamaan
1.    Keduanya bersifat apresiatif
2.    Keduanya bersifat reseptif artinya menerima informasi dari sumber
3.    Keduanya bersifat fungsional

b.    Perbedaan
1.    Membaca melakukan kegiatan komunikasi secara tidak langsung sedangkan     menyimak melakukan komunikasi secara langsung
2.    Media yang digunakan dalam kegiatan menyimak adalah secara lisan (hasil kegiatan berbicara) sedangkan membaca menggunakan media tulisan (hasil kegiatan menulis)

3.    Hubungan Antara Menyimak dan Menulis
Menyimak dan menulis merupakan aktifitas berbahasa, dimana keterampilan menyimak bersifat reseftif dan menulis adalah bersifat produktif, Antara menyimak dan menulis memiliki hubungan yang erat dari menyimak suatu ujaran atau informasi dapat menumbuhkan kreatifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh.,dan dituangkan dalam suatu karya tulisbaik itu puisi, cerpen, prosa, dll.

4.    Hubungan Antara Berbicara dan Menulis
Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis.
Baik dalam kegiatan berbicara maupun menulis pengorganisasian pikiran sangat penting. Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun kembali secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan kepada orang lain untuk dibaca.Sebaliknya setelah suatu pesan yang tidak teratur dikatakan kepada orang lain, meskipun telah dibetulkan oleh pembicara, kesan yang tidak baik sering kali masih tetap ada dalam diri pendengar. Itulah sebabnya banyak pembicara yang merencanakan apa yang akan dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu sebelum disajikan secara lisan.
Namun, kegiatan berbicara dapat juga merupakan kegiatan untuk mencapai kesiapan menulis. Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh anak-anak dan pada umumnya mereka tidak mengutarakan secara tertulis hal-hal yang tidak mereka kuasai secara lisan.
Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan nonkebehasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas; ucapan atau lafal, tekanan kata, nada dan irama, persendian, kosakata atau ungkapan, dan variasi kalimat atau struktur kalimat. Aspek nonkebahasaan terdiri atas; kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat, dan sikap.
Subyakto-Nababan (1993:153) dan Tarigan (1994:10) menjelaskan bahwa baik berbicara maupun menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa ragam lisan, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa ragam tulis. Kemudian, kegiatan menulis pada umumnya merupakan kegiata berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara pada umumnya kegiatan bersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis yang bersifat langsung, misalnya komunikasi tulis dengan menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan menggunakan internet (chatting). Sebaliknya ada pula kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melauli pengiriman pesan suara melalui telepon seluler.

5.    Hubungan Antara Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum ada yang ditulis. Keduanya merupakan keterampilan bahasa yang tertulis, dan menggunakan symbol-simbol yang dapat dilihat yang mewakili kata-kata yang diucapkan serta pengalaman dibalik kata-kata tersebut. Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan kata-kata yang dikenal dan yang dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahasa bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang yang tidak pernah muncul dalam tulisan (karangan). Hal itu terjadi karena untuk menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam dalam hal penerapan kata tersebut dari pada sekedar memahami ketika membaca.
a)    Persamaan
1.    Keduanya bersifat tak langsung
2.    Keduanya melakukan komunikasi secar ridak tatap muka
3.    Keduanya menggunakan media tulisan
b)    Perbedaan
1.    Menulis bersifat produktif sedangkan membaca bersifat reseptif
2.    Menulis bersifat ekspresif sedangkan membaca bersifat apresiatif

No comments:

Post a Comment