Pendekatan Terpadu



1.    Pengertian Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam penggunaannya, bahasa tidak pernah dipisah-pisahkan atas aspek-aspeknya. Aspek-aspek bahasa itu di dalam praktik berbahasa  selalu digunakan secara bersama dan terpadu, baik aspek-aspek kebahasaan maupun aspek-aspek keterampilan berbahasa. Bahkan dengan bidang-bidang yang lain, bahasa selalu menyatu di dalam pemakaian.
Pendekatan terpadu merupakan pendekatan yang paling mudah di antara tiga pendekatan terbaik yang sering digunakan. Selanjutnya pendekatan terpadu juga sudah dijelaskan dalam pemerdiknas. Dengan demikian, proses pembelajaran di SD, SMP, maupun SMA diharapkan dapat menerapkan pendekatan terpadu.
Yeager mengemukakan beberapa hal yang penting, yang terjadi di dalam kelas dengan bahasa terpadu, antara lain:
a.    Siswa banyak bergaul dengan literatur.
b.    Siswa merasakan peningkatan dalam belajarnya dan memperlihatkan kesanggupan belajar yang tinggi.
c.    Guru-guru berinteraksi dengan siswa, baik sebagai pembaca maupun sebagai penulis.
d.    Guru memperlihatkan perhatiannya terhadap bacaan dan penulisan pada umumnya.
Terdapat dua istilah yang secara teoretis memiliki hubungan yang sangat erat, yaitu integrated curriculum (kurikulum terpadu) dan integrated learning (pembelajaran terpadu). Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger, 1994:133; Soewignyo, 1996). Sedangkan pembelajaran terpadu banyak dipengaruhi oleh eksplorasi topik yang ada di dalam kurikulum sehingga anak dapat belajar menghubungkan proses dan isi pembelajaran secara lintas disiplin dalam waktu yang bersamaan.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Fokus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya (Aminuddin, 1994). Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai:
a.    Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya;
b.    Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak;
c.    Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan);
d.    Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak.
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu tampaknya lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajaran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Pendekatan terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia mengacu pada pernyataan Goodman (1986) tentang kurikulum bahwa pengajaran bahasa dan pengajaran bidang studi lain (yang dilaksanakan dengan menggunakan bahasa sebagai media penyajian) merupakan kurikulum yang bersifat ganda (dual curriculum). Artinya, pengajaran bahasa dan isi dari bidang studi lain bersama-sama menjadi bagian dari kurikulum secara utuh. Demikian pula keterpaduan dalam bidang studi bahasa Indonesia, Goodman dalam pandangannya tentang pengajaran bahasa menyatakan bahwa keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak tidak dipandang sebagai komponen yang terpisah-pisah untuk diajarkan sendiri-sendiri. Kenyataan menunjukkan keempat keterampilan berbahasa tersebut, digunakan siswa dalam berbagai kegiatan pengajaran baik dalam belajar bahasa maupun bidang studi lain. Dengan demikian, pembelajaran bahasa menyangkut keterampilan bahasa diajarkan secara terpadu.
Pelaksanaan pendekatan pembelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak. Tujuan dari tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, akan tetapi konsep-konsep dari mata pelajaran terkait dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu tampaknya lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajaran terpadu ini lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Pendekatan terpadu adalah ancangan kebijaksanaan pembelajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak berdiri sendiri atau terpisah-pisah.
Arah dan tujuan pendekatan terpadu menurut Frazee dan Rosse (1995) mengarah pada pembentukan pemikiran siswa secara utuh, karena secara kodrati siswa usia SD memandang sesuatu selalu dengan pandangan yang utuh dan menyeluruh (holistik). Alasan lain, karena dalam kehidupan sehari-hari siswa menggunakan pengetahuan tidak secara per bagian, tetapi secara utuh. Oleh karena itu, akan lebih baik bila pembelajaran di sekolah diarahkan untuk menuju pemikiran secara utuh tersebut.

2.    Karakteristik Pendekatan Terpadu
Penerapan pendekatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah kita. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian, anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran, anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa menjadi tidak tersentuh, padahal hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
Terdapat beberapa karakteristik yang perlu Anda pahami dari pembelajaran terpadu.
a.    Pembelajaran terpadu berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b.    Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c.    Dalam pembelajaran terpadu pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d.    Pembelajaran terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e.    Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f.    Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

3.    Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia secara Terpadu
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran bahasa secara terpadu perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.    Guru hendaknya tidak bersikap otoriter atau menjadi “single actor” yang mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran.
b.    Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.
c.    Guru perlu bersikap akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran.
Penarapan pendekatan tepadu, antara lain :
a.    Ketika Guru mengajarkan membaca kata atau kata – kata, sekaligus guru mengajarkan bagaimana melafalkannya dengan tepat. Dalam hal ini, guru sudah mengaitkan kegiatan membaca dan pemahaman tentang lafal yang tercakup dalam tata bunyi.
b.    Pemaduan pembelajaran bahasa dengan bidang studi lain, seperti IPA, IPS, dan matematika dilakukan melalui penyajian tema atau materi yag berkaitan dengan bidang studi tersebut. Contohnya adalah pemaduan bahasa dengan mata pelajaran IPA dapat dilakukan dengan menggunakan naskah, atau tulisan tentang bidang studi IPA sebagai bahan bacaan. Atau dapat juga siswa ditugasi mengarang tentang sesuatu yang berkaitan dengan IPA.
Dalam proses penilaian pembelajaran bahasa secara terpadu perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.    Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self-evaluation) di samping bentuk penilaian lainnya.
b.    Guru perlu mengajak para siswa untuk menilai perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi yang telah disepakati.

4.    Manfaat Pembelajaran Terpadu
Di bawah ini diuraikan beberapa manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan pembelajaran terpadu:
a.    Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
b.    Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat daripada tujuan akhir itu sendiri.
c.    Pembelajaran terpadu dapat meningkatkan taraf kecakapan berpikir siswa. Hal ini dapat terjadi karena siswa dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih besar, lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
d.    Kemungkinan pembelajaran yang terpotong-potong sedikit sekali terjadi, sebab siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu.
e.    Pembelajaran terpadu memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning).

No comments:

Post a Comment